Rabu, 29 Oktober 2014

karakteristik pesan dan media

 KARAKTERISTIK PESAN
Pesan dalam komunikasi ini tidak harus perkataan, pesan disini dapat berupa gerakan, suara, tulisan, simbol, dan lain-lain. Pesan dalam komunikasi digolongkan menjadi dua macam, yaitu pesan verbal dan non-verbal. Pesan verbal merupakan pesan berupa kata-kata (bahasa), sedangkan non-verbal merupakan pesan yang isinya bukanlah kata-kata, seperti gerakan tubuh.

Karakteristik Pesan Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.[1] Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Dalam buku Jalaluddin Rakhmat (2012), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan (socially shared means for expressing ideas).[2] Ia menekankan dimiliki bersama (socially shared), karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa.

Bahasa mempunyai karakteristik yaitu:
1.      Pengalihan. Karena bahasa, kita mengenal pengalihan (displacement), kita dapat berbicara mengenai hal-hal yang jauh dari kita, baik dari segi tempat maupun waktu. Kita dapat berbicara tentang masa lalu atau masa depan semudah kita berbicara tentang masa kini. Dan kita dapat berbicara tentang hal-hal yang tidak pernah kita lihat seperti tentang manusia duyung, kuda bertanduk, kuda terbang, makhluk planet lain.
2.      Pelenyapan cepat. Suara bicara melenyap dengan cepat. Suara harus diterima dengan segera setelah itu dikirimkan atau kita tidak akan pernah menerimanya.
3.     Kebebasan makna. Isyarat  bahasa mempunyai kebebasan makna, mereka tidak memiliki karakteristik atau sifat dari benda atau hal yang mereka gambarkan. Suatu kata memiliki arti atau makna yang mereka gambarkan karena kitalah yang secara bebas yang menentukan arti atau maknanya.
4.      Transmisi budaya. Bentuk bahasa manusia dipancarkan secara budaya atau tradisional. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga berbahasa inggris akan menguasai bahasa inggris atau sedikit banyaknya mereka akan tau bahasa inggris dikarenakan faktor lainnya.

Karakteristik Pesan Non-Verbal
Seperti yang telah dikemukakan di atas, pesan nonverbal adalah setiap informasi atau emosi yang dikomunikasikan tanpa menggunakan kata-kata atau nonlinguistic. Pesan nonverbal adalah penting, sebab apa yang kita sampaikan mempunyai makna jauh lebih penting dari apa yang kita katakan.
Adapun karakteristik pesan nonverbal, sebagai berikut[3]:
1.      Memiliki Sifat Berkesinambungan
Kata-kata yang keluar dari mulut, ada waktunya atau sewaktu-waktu, isyarat-isyarat nonverbal keluar secara berkesinambungan. Sebagai contoh, seseorang yang mengajukan pertanyaan. Seketika itu juga orang tersebut melihat responsnya (orang yang menerima pertanyaan), terhadap pertanyaan yang dilontarkan. Hal itu dilakukannya untuk mendapat petunjuk dari reaksinya apakah menyukai apa yang sedang dibicarakan atau tidak.
Jadi, setelah pesan verbal keluar, pada saat yang bersamaan isyarat nonverbal tampil keluar. Begitulah setiap kali ketika berbicara dengan orang ain.
2.      Kaya dalam Makna
Terkadang, kita tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan ketika berkomunikasi dengan orang lain. Melalui bahasa isyarat tubuh apakah mimic wajah, gumaman, pandangan mata, gerakan tangan, dan sebagainya memberikan banyak makna dibandingkan pesan verbal yang disampaikan. Jadi, orang lain cenderung lebih mencari arti apa yang kita ucapkan melalui bahasa tubuh yang kita tampilkan.

3.      Dapat Membingungkan
Meskipun komunikasi nonverbal kaya dengan makna, tetapi dapat juga membingungkan. Isyarat-isyarat tertentu dapat berarti sesuatu yang secara keseluruhan berbeda dari apa yang kita bayangkan. Hal ini disebabkan banyak isyarat-isyarat tertentu yang sama pengertiannya dengan sebagian orang, tetapi tidak sama dengan sebagian orang yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh faktor budaya, kebiasaan, dan norma yang dianut oleh sebagian orang yang berbeda-beda.
4.      Menyampaikan Emosi
Untuk mengungkapkan isi hati tidak selalu harus dengan cara verbal. Misalnya, ketika melihat orang yang sedang tersenyum atau tertawa, kita bisa menafsirkan orang itu sedang gembira. Sama halnya jika kita marah, kita akan memilih diam atau menyendiri daripada mengungkapkannya kepada orang lain,apalagi terhadap objek yang membuat kita marah.
Dikendalikan Oleh Norma-norma dan Peraturan Mengenai Kepatutan
Norma dan peraturan umumnya amat berbeda dari satu budaya ke budaya yang lain. Kebanyakan norma dan peraturan dipelajari sejak kecil dari bimbingan orang tua dan keluarga.
5.      Terikat Pada Budaya
Budaya pada hakikatnya merupakan gejala non-verbal. Yakni, kebanyakan aspek dari budaya dipelajari melalui pengamatan dan mencontoh dan bukan melalui pengajaran verbal. Setiap budaya memiliki Perilaku nonverbalnya masing-masing. Oleh karena itulah, kita sering kali sulit mengartikan dan menguasai komunikasi nonverbal dari budaya lain.

KARAKTERISTIK MEDIA
Tanpa teknologi, komunikasi dasar, seperti alat tulis, lembaran untuk ditulis, -atau benda elektronik penggantinya- tidak akan ada cara untuk menjaga pesan, atau untuk membuat dan memindahkan mereka dari satu tempat ke tempat yang yang lain. Dan jika tidak ada percetakan, telegraf, telekomunikasi, atau internet, tidak akan mungkin kita bisa dengan cepat mendistribusikan satu pesan pun ke sejumlah lokasi yang berjauhan di dunia.  Untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang media, berikut adalah karakteristik media[4]:

1.      Serempak (Sinkron) – Acak (Tidak Sinkron)
Dalam beberapa situasi komunikasi, terdapat jeda waktu yang sangat besar antara produksi pesan dan konsumsinya; sementara pada situasi-situasi lain hanya terdapat sedikit jeda, atau malah sama sekali tanpa jeda. Perilaku verbal dan nonverbal yang dibuat, membentuk pesan-pesan yang secara instan dimungkinkan untuk mendapat perhatian dari para peserta interaksi. Dalam situasi demikian, komunikasi adalah serempak (shynchronus). Dalam situasi lain, pembuatan dan pengiriman pesan tidak disinkronkan secara waktu dengan penerimaan dan penggunaannya. Terjadi penundaan (delay) waktu dalam hitungan detik, menit, jam, hari, atau bahkan beberapa tahun, -contohnya adalah, antara percetakan buku dan saat dibaca oleh orang di wilayah atau negeri yang berbeda. Dalam situasi demikian, komunikasi adalah tidak serempak (asynchronus).
2.      Interaktivitas Rendah – Interaktivitas Tinggi
Media komunikasi adalah beragam tergantung pada sejauh mana isi pesan dan waktu lebih dikendalikan oleh sumber ketimbang oleh pengguna. Dengan media massa seperti buku, televisi, surat kabar, dan majalah, isi dan waktu produksi dan distribusiannya lebih dikendalikan oleh sumber. Keputusan konsumen mempunyai dampak terhadap isi, tetapi pengaruhnya tertunda dan sering kali bersifat tidak langsung. Dalam jangka pendek, individu-individu tidak memiliki cara untuk berinteraksi dengan atau untuk mengontrol isi pesan maupun pengaturan waktunya. Media lain, seperti telepon, e-mail, faks, dan lain-lain, memiliki sifat yang lebih interaktif. Mereka membolehkan penerima untuk lebih mengontrol waktu, isi, dan lokasi penggunaannya.
3.      Kehadiran Sosial Rendah – Kehadiran Sosial Tinggi
Dalam beberapa situasi, peristiwa komunikasi sangat pribadi, ramah, dan hangat. Dalam situasi lain, prose situ tampak tidak pribadi, tidak ramah, dan dingin. Ketika situasi jenis pertama muncul, peristiwanya disebut memiliki tingkat kehadiran sosial yang tinggi; sementara situasi yang kedua terkategori memiliki tingkat kehadiran sosial yang rendah. Bukan suatu hal yang mengejutkan, komunikasi tatap muka tergolong memiliki tingkat kehadiran sosial yang tinggi dibandingkan dengan komunikasi melalui media.


DAFTAR PUSTAKA

Budyatna, Muhammad. M. Ganiem Leila. 2011. Teori Komunikasi AntarPribadi . Kencana: Jakarta.
D. Ruben, Brent. P. Stewart, Lea. Penerjemah: Hamad, Ibnu. 2013. Komunikasi dan Perilaku Manusia. Rajawali Pers: Jakarta.
Rakhmat, Jalaluddin. 2012. Psikologi Komunikasi . PT remaja Rodaskarya: Bandung.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: suatu pengantar . Remaja Rosdakarya: Bandung.




[1] Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: suatu pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2005
[2] Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi (Bandung: PT remaja Rodaskarya), 2012. Cet.28. hal.265
[3] Budyatna, Muhammad. M. Ganiem Leila. Teori Komunikasi AntarPribadi (Jakarta: Kencana), 2011. Ed. 1. Cet. 1. h. 111
[4] D. Ruben, Brent. P. Stewart, Lea. Penerjemah: Hamad, Ibnu. Komunikasi dan Perilaku Manusia (Jakarta: Rajawali Pers), 2013. Ed.1. Cet.1. h.223

Tidak ada komentar:

Posting Komentar