KARAKTERISTIK PESAN
Pesan dalam komunikasi ini tidak
harus perkataan, pesan disini dapat berupa gerakan, suara, tulisan, simbol, dan
lain-lain. Pesan dalam komunikasi digolongkan menjadi dua macam, yaitu pesan
verbal dan non-verbal. Pesan verbal merupakan pesan berupa kata-kata (bahasa),
sedangkan non-verbal merupakan pesan yang isinya bukanlah kata-kata, seperti
gerakan tubuh.
Karakteristik Pesan Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah
semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga
dianggap sebagai sistem kode verbal.[1] Bahasa dapat
didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan
simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Dalam buku Jalaluddin Rakhmat (2012),
mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa
diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan (socially
shared means for expressing ideas).[2] Ia menekankan
dimiliki bersama (socially shared), karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada
kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya.
Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang
dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa.
Bahasa mempunyai karakteristik
yaitu:
1.
Pengalihan.
Karena bahasa, kita mengenal pengalihan (displacement), kita dapat berbicara
mengenai hal-hal yang jauh dari kita, baik dari segi tempat maupun waktu. Kita
dapat berbicara tentang masa lalu atau masa depan semudah kita berbicara
tentang masa kini. Dan kita dapat berbicara tentang hal-hal yang tidak pernah
kita lihat seperti tentang manusia duyung, kuda bertanduk, kuda terbang,
makhluk planet lain.
2.
Pelenyapan
cepat. Suara bicara melenyap dengan cepat. Suara harus diterima dengan segera
setelah itu dikirimkan atau kita tidak akan pernah menerimanya.
3. Kebebasan
makna. Isyarat bahasa mempunyai kebebasan makna, mereka tidak memiliki
karakteristik atau sifat dari benda atau hal yang mereka gambarkan. Suatu kata
memiliki arti atau makna yang mereka gambarkan karena kitalah yang secara bebas
yang menentukan arti atau maknanya.
4.
Transmisi
budaya. Bentuk bahasa manusia dipancarkan secara budaya atau tradisional.
Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga berbahasa inggris akan
menguasai bahasa inggris atau sedikit banyaknya mereka akan tau bahasa inggris
dikarenakan faktor lainnya.
Karakteristik Pesan Non-Verbal
Seperti yang telah dikemukakan di
atas, pesan nonverbal adalah setiap informasi atau emosi yang dikomunikasikan
tanpa menggunakan kata-kata atau nonlinguistic. Pesan nonverbal adalah penting,
sebab apa yang kita sampaikan mempunyai makna jauh lebih penting dari apa yang
kita katakan.
Adapun karakteristik pesan
nonverbal, sebagai berikut[3]:
1.
Memiliki
Sifat Berkesinambungan
Kata-kata yang keluar dari mulut, ada
waktunya atau sewaktu-waktu, isyarat-isyarat nonverbal keluar secara
berkesinambungan. Sebagai contoh, seseorang yang mengajukan pertanyaan.
Seketika itu juga orang tersebut melihat responsnya (orang yang menerima
pertanyaan), terhadap pertanyaan yang dilontarkan. Hal itu dilakukannya untuk
mendapat petunjuk dari reaksinya apakah menyukai apa yang sedang dibicarakan
atau tidak.
Jadi, setelah pesan verbal keluar,
pada saat yang bersamaan isyarat nonverbal tampil keluar. Begitulah setiap kali
ketika berbicara dengan orang ain.
2.
Kaya
dalam Makna
Terkadang, kita tidak mengerti
dengan apa yang dibicarakan ketika berkomunikasi dengan orang lain. Melalui
bahasa isyarat tubuh apakah mimic wajah, gumaman, pandangan mata, gerakan
tangan, dan sebagainya memberikan banyak makna dibandingkan pesan verbal yang
disampaikan. Jadi, orang lain cenderung lebih mencari arti apa yang kita
ucapkan melalui bahasa tubuh yang kita tampilkan.
3.
Dapat
Membingungkan
Meskipun komunikasi nonverbal kaya
dengan makna, tetapi dapat juga membingungkan. Isyarat-isyarat tertentu dapat
berarti sesuatu yang secara keseluruhan berbeda dari apa yang kita bayangkan. Hal
ini disebabkan banyak isyarat-isyarat tertentu yang sama pengertiannya dengan
sebagian orang, tetapi tidak sama dengan sebagian orang yang lainnya. Hal ini
disebabkan oleh faktor budaya, kebiasaan, dan norma yang dianut oleh sebagian
orang yang berbeda-beda.
4.
Menyampaikan
Emosi
Untuk mengungkapkan isi hati tidak
selalu harus dengan cara verbal. Misalnya, ketika melihat orang yang sedang
tersenyum atau tertawa, kita bisa menafsirkan orang itu sedang gembira. Sama
halnya jika kita marah, kita akan memilih diam atau menyendiri daripada
mengungkapkannya kepada orang lain,apalagi terhadap objek yang membuat kita
marah.
Dikendalikan Oleh Norma-norma dan
Peraturan Mengenai Kepatutan
Norma dan peraturan umumnya amat
berbeda dari satu budaya ke budaya yang lain. Kebanyakan norma dan peraturan
dipelajari sejak kecil dari bimbingan orang tua dan keluarga.
5.
Terikat
Pada Budaya
Budaya pada hakikatnya merupakan
gejala non-verbal. Yakni, kebanyakan aspek dari budaya dipelajari melalui
pengamatan dan mencontoh dan bukan melalui pengajaran verbal. Setiap budaya
memiliki Perilaku nonverbalnya masing-masing. Oleh karena itulah, kita sering
kali sulit mengartikan dan menguasai komunikasi nonverbal dari budaya lain.
KARAKTERISTIK MEDIA
Tanpa teknologi, komunikasi dasar,
seperti alat tulis, lembaran untuk ditulis, -atau benda elektronik
penggantinya- tidak akan ada cara untuk menjaga pesan, atau untuk membuat dan
memindahkan mereka dari satu tempat ke tempat yang yang lain. Dan jika tidak
ada percetakan, telegraf, telekomunikasi, atau internet, tidak akan mungkin
kita bisa dengan cepat mendistribusikan satu pesan pun ke sejumlah lokasi yang
berjauhan di dunia. Untuk mengetahui
lebih dalam lagi tentang media, berikut adalah karakteristik media[4]:
1.
Serempak
(Sinkron) – Acak (Tidak Sinkron)
Dalam beberapa situasi komunikasi, terdapat
jeda waktu yang sangat besar antara produksi pesan dan konsumsinya; sementara
pada situasi-situasi lain hanya terdapat sedikit jeda, atau malah sama sekali
tanpa jeda. Perilaku verbal dan nonverbal yang dibuat, membentuk pesan-pesan
yang secara instan dimungkinkan untuk mendapat perhatian dari para peserta
interaksi. Dalam situasi demikian, komunikasi adalah serempak (shynchronus).
Dalam situasi lain, pembuatan dan pengiriman pesan tidak disinkronkan secara
waktu dengan penerimaan dan penggunaannya. Terjadi penundaan (delay) waktu
dalam hitungan detik, menit, jam, hari, atau bahkan beberapa tahun, -contohnya
adalah, antara percetakan buku dan saat dibaca oleh orang di wilayah atau
negeri yang berbeda. Dalam situasi demikian, komunikasi adalah tidak serempak
(asynchronus).
2.
Interaktivitas
Rendah – Interaktivitas Tinggi
Media komunikasi adalah beragam
tergantung pada sejauh mana isi pesan dan waktu lebih dikendalikan oleh sumber
ketimbang oleh pengguna. Dengan media massa seperti buku, televisi, surat kabar,
dan majalah, isi dan waktu produksi dan distribusiannya lebih dikendalikan oleh
sumber. Keputusan konsumen mempunyai dampak terhadap isi, tetapi pengaruhnya
tertunda dan sering kali bersifat tidak langsung. Dalam jangka pendek,
individu-individu tidak memiliki cara untuk berinteraksi dengan atau untuk
mengontrol isi pesan maupun pengaturan waktunya. Media lain, seperti telepon,
e-mail, faks, dan lain-lain, memiliki sifat yang lebih interaktif. Mereka
membolehkan penerima untuk lebih mengontrol waktu, isi, dan lokasi
penggunaannya.
3.
Kehadiran
Sosial Rendah – Kehadiran Sosial Tinggi
Dalam beberapa situasi, peristiwa
komunikasi sangat pribadi, ramah, dan hangat. Dalam situasi lain, prose situ
tampak tidak pribadi, tidak ramah, dan dingin. Ketika situasi jenis pertama
muncul, peristiwanya disebut memiliki tingkat kehadiran sosial yang tinggi;
sementara situasi yang kedua terkategori memiliki tingkat kehadiran sosial yang
rendah. Bukan suatu hal yang mengejutkan, komunikasi tatap muka tergolong
memiliki tingkat kehadiran sosial yang tinggi dibandingkan dengan komunikasi
melalui media.
DAFTAR PUSTAKA
Budyatna, Muhammad. M. Ganiem Leila.
2011. Teori Komunikasi AntarPribadi . Kencana: Jakarta.
D. Ruben, Brent. P. Stewart, Lea.
Penerjemah: Hamad, Ibnu. 2013. Komunikasi dan Perilaku Manusia. Rajawali Pers:
Jakarta.
Rakhmat, Jalaluddin. 2012. Psikologi
Komunikasi . PT remaja Rodaskarya: Bandung.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu
Komunikasi: suatu pengantar . Remaja Rosdakarya: Bandung.
[1]
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: suatu pengantar (Bandung: Remaja
Rosdakarya), 2005
[2]
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi (Bandung: PT remaja Rodaskarya), 2012.
Cet.28. hal.265
[3]
Budyatna, Muhammad. M. Ganiem Leila. Teori Komunikasi AntarPribadi
(Jakarta: Kencana), 2011. Ed. 1. Cet. 1. h. 111
[4]
D. Ruben, Brent. P. Stewart, Lea. Penerjemah: Hamad, Ibnu. Komunikasi dan
Perilaku Manusia (Jakarta: Rajawali Pers), 2013. Ed.1. Cet.1. h.223